top of page
  • Writer's pictureJust Because

76 Heroes For Our 76th Birthday

Updated: Feb 28, 2022

Written by Josherlyn Angelica and Kiara Andressa

Designed by Christabelle Valerie and Kiara Andressa


Tanggal Tujuh Belas, bulan Delapan, tahun Empat Lima, sebuah kain katun merah putih menjadi bendera pusaka yang dikibarkan sebagai tanda berdirinya Bangsa Indonesia yang merdeka. Tak terasa, 76 tahun Indonesia merdeka. Begitu banyak pengorbanan yang dilakukan, keringat terperah, darah tercurah, dan cucuran air mata mengiringi terbebasnya dari penjajahan beratus-ratus tahun.


Kemerdekaan tidak diberikan secara cuma-cuma oleh penjajah, tidak juga dibeli, melainkan direbut dan dideklarasikan oleh para pejuang. Bila dahulu para pahlawan berjuang mengangkat senjata dan melawan musuh, saat ini kita berjuang untuk mempertahankan dan mengisinya dengan prestasi. #TeamMerahPutih


On this day 76 years ago, Indonesia’s red and white flag was unveiled for the first time as a symbol of standing as an independent nation. It’s crazy to think that Indonesia has uphold independence for 76 years. Sacrifice, sweat, bloodshed, and tears accompanied the attainment of independence itself.


Indonesia’s independence was not simply handed over, nor was it bargained, but instead seized by the nation's admirable heroes. While past heroes fought and took up arms, today we fight to defend and preserve that same liberty accomplished by our heroes by echoing their footsteps of triumph. #TeamMerahPutih


Dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan, ini yang mereka sampaikan:


  1. Abdul Muis (Sumatra Barat) - “Jika orang lain bisa, saya juga bisa, mengapa pemuda-pemuda kita tidak bisa, jika memang mau berjuang.”

  2. Adnan Kapau Gani (Sumatra Barat) - “Jasa-jasaku, Pahlawan Nasional Indonesia.”

  3. Agus Salim (Sumatra Barat) - "Memimpin adalah menderita"

  4. Agustinus Adisucipto (D.I Yogyakarta) - “Bendera merah putih pertama di tanah air dan bukti semangat cinta tanah air yang begitu besar dengan keberanian dan segenap kemampuan.”

  5. Ahmad Dahlan (D.I Yogyakarta) - “Kebenaran suatu hal tidaklah ditentukan oleh berapa banyaknya orang yang mempercayainya.”

  6. Amir Hamzah (Sulawesi Utara) - “Cahaya terang yang disinarkan Indonesia di atas bangsa baru.”

  7. Andi Djemma (Sulawesi Selatan) - “Memimpin Gerakan Soekarno Muda dan Perlawanan Semesta Rakyat Wulu.”

  8. Bagindo Azizchan (Sumatra Barat) - “Langkahi dulu mayatku, baru Kota Padang aku serahkan.”

  9. Basuki Rahmat (Jawa Timur) - “Riwayat hidupku, Indonesia.”

  10. B.J. Habibie (Sulawesi) - “Keberhasilan bukanlah milik orang yang pintar. Keberhasilan adalah kepunyaan mereka yang senantiasa berusaha.”

  11. Bung Tomo (Surabaya) - "Jangan memperbanyak lawan, tetapi perbanyaklah kawan."

  12. Cipto Mangunkusumo (Jawa Tengah) - “Tiap-tiap manusia harus menjalankan kewajibannya dengan tidak menghitung-hitung apa yang nanti akan menjadi buahnya.”

  13. Cut Nyak Dien (Aceh) - "Kita tidak akan menang bila kita masih terus mengingat semua kekalahan."

  14. D.I. Pandjaitan (Sumatra Utara) - “Bersama para pemuda membentuk Tentara Keamanan Rakyat.”

  15. Dewi Sartika (Bandung) - “Hanya dengan pendidikan, kita akan tumbuh menjadi suatu Bangsa.”

  16. Diponegoro (D.I Yogyakarta) - “Pahlawan-pahlawan di dalam tentara kami, satu dengan yang lainnya berselisih, dan kemudian yang gagah berani menyerah.”

  17. Djamin Ginting (Sumatra Utara) - “Kami pejuang kemerdekaan menentang pemerintahan Belanda.”

  18. Djoeanda Kartawidjaja (Jawa Barat) - “Dalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI.”

  19. Douwes Dekker (Jawa Timur) - “Walaupun sendirian, jika perlu, aku akan menegakkan keadilan, dengan atau tanpa bantuan orang lain.”

  20. Fakhruddin (D.I Yogyakarta) - “Jika sedang berusaha di dunia, tidak perlu putus asa, tak perlu terdesak oleh nafas dan tak perlu berkecil hati. Mari kita hadapi dengan jiwa besar, penuh keyakinan dan harapan.”

  21. Fatmawati (Bengkulu) - “Jika dua sayap sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai ke puncak yang setinggi-tingginya; Jika patah satu daripada dua sayap itu, maka tak dapatlah terbang burung itu sama sekali.”

  22. Gatot Soebroto (Banyumas) - "Jagalah namamu, jangan sampai disebut pengkhianat bangsa."

  23. Gus Dur - “Kalau ingin melakukan perubahan jangan tunduk terhadap kenyataan, asalkan kau yakin di jalan yang benar maka lanjutkan.”

  24. Hadji Oemar Said Tjokroaminoto (Jawa Timur) - "Jika kalian ingin menjadi pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan bicaralah seperti orator."

  25. Halim Perdanakusuma (Jawa Timur) - “Memperkuat Angkatan Udara RI dari Yogyakarta.”

  26. Hasan Basry (Kalimantan Selatan) - “Berhasil memproklamasikan kedudukan Kalimantan sebagai bagian dari Republik Indonesia.”

  27. Hasanuddin (Sulawesi Selatan) - “Kami cinta damai, tetapi lebih cinta kemerdekaan.”

  28. Hasyim Asyari (Jombang) - “Sungguh kebenaran bisa lemah karena perselisihan dan perpecahan. Sementara kebatilan kadang menjadi kuat sebab persatuan dan kekompakan.”

  29. Herman Johannes (Nusa Tenggara Timur) - “Keluarga Gajah Mada diabadikan.”

  30. Hj. Rangkayo Rasuna Said (Sumatra Barat) - "Majukan perempuan dengan pendidikan agar mereka merdeka."

  31. I Gusti Ketut Pudja (Bali) - “Kami sanggup dan berjanji bertempur terus sampai cita-cita kita tercapai”

  32. Imam Bonjol (Sumatera Barat) - “Pahlawan dalam menentang penjajahan.”

  33. Ir. Soekarno (Jawa Timur) - “Seribu orang tua bisa bermimpi, satu orang pemuda bisa mengubah dunia.”

  34. Iskandar Muda (Aceh) - “Kerajaan Aceh menuju kemerdekaan.”

  35. Ismail Marzuki (DKI Jakarta) - “Siapakah kini pahlawan hati, pembela bangsa sejati.”

  36. Iwa Kusumasumantri (Jawa Barat) - “Revolusi Hukum di Indonesia, Sejarah Revolusi Indonesia.”

  37. Jenderal Sudirman (Purbalingga) - "Robek-robeklah badanku, potong-potonglah jasad ini, tetapi jiwaku dilindungi benteng merah putih. Akan tetap hidup, tetap menuntut bela, siapapun lawan yang aku hadapi."

  38. Johannes Abraham Dimara (Papua) - “Lintas Perjuangan Putra Papua.”

  39. K.S. Tubun (Maluku) - “Pahlawan berevolusi, pahlawan sejati.”

  40. Katamso Darmokusumo (Jawa Tengah) - “Memimpin pasukan untuk berkali-kali melakukan pertempuran mengusir penjajah.”

  41. Ki Hajar Dewantara (D.I Yogyakarta) - "Lawan sastra ngesti mulya (Dengan ilmu kita menuju kemuliaan)”

  42. KH Wahab Hasbullah (Jombang) - “Jangan kalian menjadi bangsa terjajah.”

  43. M.H. Thamrin (DKI Jakarta) - “Pemimpin yang cinta dan dicintai rakyat.”

  44. Malahayati (Aceh) - “Berhasilah menjadi pahlawan.”

  45. Maria Walanda Maramis (Sulawesi Utara) - “Alangkah pahitnya bila kita hanya menyerah pada kelemahan atau kekurangan orang lain terhadap hati nurani serta seluruh rencana kita.”

  46. Martha Christina Tiahahu (Maluku) - “Tanah ini adalah tempat kita dilahirkan, jangan biarkan penjajah itu merebutnya”

  47. Mas Mansur (Jawa Timur) - “Guru yang baik, penulis yang hebat.”

  48. Mohammad Hatta (Sumatra Barat) - "Kurang cerdas dapat diperbaiki dengan belajar. Kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman. Namun tidak jujur itu sulit diperbaiki."

  49. Mohammad Natsir (Sumatra Barat) "Untuk mencapai sesuatu, harus diperjuangkan dulu. Seperti mengambil buah kelapa, dan tidak menunggu saja seperti jatuh durian yang telah masak.”

  50. Mohammad Yamin (Sumatra Barat) - “Cita-cita persatuan Indonesia itu bukan omong kosong, tetapi benar-benar didukung oleh kekuatan-kekuatan yang timbul pada akar sejarah bangsa kita sendiri”

  51. Munir (Malang) - “Membangun sebuah bangsa adalah membangun sebuah peradaban.”

  52. Noer Ali (Jawa Barat) - “Pemimpin dan pahlawan.”

  53. Nyi Ageng Serang (Purwodadi) - "Untuk keamanan dan kesentausaan jiwa, kita harus mendekat diri kepada Tuhan yang Maha Esa. Orang yang mendekatkan diri kepada Tuhan tidak akan terperosok hidupnya, dan tidak akan takut menghadapi cobaan hidup, karena Tuhan akan selalu menuntun dan melimpahkan anugerah yang tidak ternilai harganya."

  54. Pangeran Antasari (Banjar Sulatante) - “Peperangan demi peperangan kami lewati.”

  55. Pattimura (Maluku) - “Pattimura-Pattimura tua boleh dihancurkan, tetapi kelak Pattimura-Pattinura muda akan bangkit.”

  56. Pierre Tandean (DKI Jakarta) - “Perwira Militer Indonesia.”

  57. Raden Adjeng Kartini (Jawa Tengah) - "Banyak hal yang bisa menjatuhkanmu. Tapi satu-satunya hal yang benar-benar dapat menjatuhkanmu adalah sikapmu sendiri."

  58. Raden Mas Soerjopranoto (Yogyakarta) - “Raja Pemogokan: mengorganisasi gerakan-gerakan pemogokan buruh di Tanah Air.”

  59. Radin Inten II (Lampung) - “Keberhasilan bukan dinilai dari apa yang kita mulai, melainkan dari apa yang kita selesaikan.”

  60. Raja Ali Haji (Riau) - “Mengumpat dan memuji hendaklah berpikir. Disitulah banyak orang tergelincir.”

  61. Ruhana Kudus (Sumatera Barat) - “Yang harus berubah adalah wanita harus mendapat pendidikan dan perlakukan yang lebih baik.”

  62. Sam Ratulangi (Sulawesi Utara) - “Manusia hidup untuk menghidupkan orang lain.”

  63. S.K Trimurti (Surakarta) - "Kami adalah angkatan yang harus punah agar dari kubur kami tumbuh angkatan-angkatan wanita yang lebih megah."

  64. S. Parman (Jawa Tengah) - “Hanya Raja Angkatan Bersenjata.”

  65. Silas Papare (Papua) - “Jangan sanjung aku, tapi teruskanlah perjuanganku.”

  66. Siti Hartinah - “Melanjutkan membangun harapan dan melaksanakan bakti untuk Indonesia.”

  67. S.K Trimurti - “Kami adalah angkatan yang harus punah agar dari kubur kami tumbuh angkatan-angkatan wanita yang lebih megah.”

  68. Slamet Rijadi (Jawa Tengah) - “Berpencar dan menaklukan.”

  69. Soetomo (Jawa Timur) - "Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih maka selama itu tidak akan kita mau menyerah kepada siapapun juga."

  70. Sri Sultan Hamengku Buwono (Jawa Tengah) - “Jika tidak ada musuh, tidak ada pertempuran, jika tidak ada pertempuran, tidak ada kemenangan, jika tidak ada kemenangan, tidak ada mahkota.”

  71. Sultan Agung (Mataram) - “Menang atau mati.”

  72. Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang) - “Pokok penting Indonesia, memimpin sampai mati.”

  73. Sutan Syahrir (Padang) - “Hidup yang tidak dipertaruhkan tidak akan pernah dimenangkan.”

  74. Tan Malaka (Sumatra Barat) - “Berapapun cepatnya kebohongan itu, namun kebenaran akan mengejarnya juga.”

  75. Wahid Hasyim (Jawa Timur) - “Saat bunda melahirkanmu, engkau menangis, sementara orang-orang sekeliling menyambutmu dengan tawa gembira. Berjuanglah, hingga saat mautmu tiba, mereka menangis, sementara engkau tertawa ria.”

  76. Wolter Monginsidi (Sulawesi Utara) - “Jangan takut melihat masa datang.”

4 views0 comments

Recent Posts

See All
Layer 1.PNG
JUSTBECAUSEMAG ©2021
bottom of page